Senin, 15 Juni 2009

proposal penelitian anggapan dasar

BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
Merumuskan masalah adalah suatu cara merumuskan judul selengkapnya. Sebelum seorang peneliti memulai kegiatannya meneliti, harus melalui memulai membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain penelitian. Aday nga menyebutnya dengan istilah proposal penelitian atau usul penelitian.Desain (design) penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan yang dilaksanakan. Proposal atau usul penelitian dibuat oleh penelitian apabila ia membutuhkan bantuan dana. Agar pihak yang akan memberi bantuan memahami betul apa yang dilakukan penelitian dan berapa besar manfaat hasil penelitian yang diharapkan, maka harus membuat proposal atau usulan secara lengkap. Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas, yang dipikirkan selanjutnya adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya tersebut, diberi asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam peloporan hasil penelitian nanti.

2. Masalah
Dalam sebuah proses penelitian tentu memiliki langkah-langkah yang sistematik agar penelitian tersebut berjalan dengan baik adapun masalah yang dibahas dalam kertas kerja ini
a.Perlunya merumuskan masalah
b.Bagaimana merumuskan masalah ?
c.Cara menentukan anggapan dasar
d.Faedah mengadakan anggapan dasar

3. Tujuan
Adapu tujuan kami dalam membahas materi tentang merumuskan masalah da merumuskan anggapan dasar antara lain :
1.Menarik benang merah dalam merumuskan masalah dan merumuskan anggapan dasar
2.Memberikan gambaran didalam merumuskan suatu masalah
3.Untuk melatih kita di dalam merumuskan masalah dan merumuskan anggapan dasar sebagai peneliti.



BAB II
PEMBAHASAN


1. MERUMUSKAN MASALAH

A. Perlunya dirumuskan masalah
Perumusan masalah dapat dilakukan dengan cara merumuskan judul selengkapnya namun, demikian walaupun tampaknya masalah sudah dtuangkan dalam bentuk judul, pembaca dapat menafsirkan dengan arti yang berbeda dengan maksud peneliti.
Berbagai jenis penelitian dari sudut pandangan tujuan, pendekatan, subjek penelitian dan sifat problematik. Apabila peneliti lain menjelaskan semuanya dalam suatu rumusan judul penelitian , maka akan terjelma sebuah judul yang panjang, yang maksudnya akan memperjelas, boleh jadi bahkan mengaburkan arti.

B. Bagaimana merumuskan masalah
Agar judul penelitian tidak kelihatan panjang, maka yang disebutkan hanya cirri yang ditonjolkan oleh peneliti saja, selebihnya diterangkan di luar judul. Peneliti memulai kegiatannya meneliti, harus memulai membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain penelitian. Ada yang menyebutnya dengan istilah proposal penelitian atau usul penelitian. Sebenarnya desain dan proposal tidaklah sama.
Ada 5 hal yang harus dijelaskan dalam desain penelitian yaitu :

1.Penegasan Judul
Sehubungan dengan kurang lengkapnya rumusan masalah judul penelitian, maka untuk melengkapinya dengan penegasan judul. Dengan demikian , menjadi jelas apa yang diteliti, dari mana data diperoleh , bagaimana mengumpulkan data dan bagaimana menganalisa data.

2.Alasan pemilihan Judul
Alasan-alasan yang dapat dikemukakan antara lain
a.Pentingnya masalah tersebut diteliti
b.Menarik minat peneliti
c.Sepanjang pengetahuan peneliti belum ada orang yang meneliti masalah tersebut.

3.Problematik
Problematik penelitian adalah bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian, langkah disebut perumusan masalah atau perumusan problematik. Di dalam langkah ini peneliti mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian.

4.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh. Setelah penelitian selesai, sebenarnya dilihat dari isinya sesuatu yang ingin di capai, yang merupakan tujuan penelitian adalah sama dengan jawaban yang dikehendaki dalam problematik penelitian, yang berbeda adalah rumusan masalahnya.
Contoh :

Problematik Tujuan
Dikelas berapakah pratikum Ingin mengetahui di kelas berapakah
Dilaksanakan di SMP Negeri 1 pratikum di mulai di SMP Negeri 1
Dan SMP Negeri II ? dan SMP Negeri II?

5.Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan dari tujuan penelitian, APakah peneliti telah selesai mengadakan penelitian dan memperoleh hasil, ia diharapkan dapat menyumbangkan hasil kepada bidang yang sedang di teliti, kegunaan hasil penelitian ini menjadi penting setelah beberapa penelitian tidak dapat mengadakan sebenarnya hasil apa yang diharapkan, dan sejauh mana sumbangan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.


2. MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR

A. Pengertian merumuskan Anggapan Dasar
Menurut Prof. Dr. Winanto surakhamd M.Sc.Ed. anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin meragukan sesuatu anggapan dasar orang lain diterima sebagai kebenaran. Dari contoh kehidupan sehari-hari orang yang berkata bahwa orang yang banyak makan akan menjadi gemuk. Yang ada dibalik ucapan itu adalah suatu anggapan bahwa semua yang dimakan orang tentu dapat dicerna, kemudian berubah menjadi otot dan lemak. Inilah sebabnya maka orang menjadi gemuk.
Di dalam penelitian anggapan-anggapan ini sangat perlu dirumuskan secara jelas sebelum langkah mengumpulkan data, Anggapan – anggapan ini disebut anggapan dasar, postulat atau asumsi dasar.
Peneliti perlu merumuskan anggapan dasar :

1.Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang di teliti
2.Untuk memperjelas variabel yang menjadi pusat perhatian
3.Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

B. Cara menentukan anggapan dasar
Macam-macam cara menentukan anggapan dasar untuk menjadi tahu terhadap sesuatu :
1.Dengan banyak membaca buku, surat kabar atau terbitan lain
2.Dengan banyak mendengarkan berita, ceramah, dan pembicaraan orang lain
3.Dengan banyak berkunjung ke suatu tempat
4.Dengan mengadakan pendugaan mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa asumsi dasar, postulat atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti , sebagai bahan pendukung anggapan dasar, peneliti sebaiknya melakukan studi perpustakaan untuk mengumpulkan teori-teori dari buku maupun penemuan dari penelitian.
Merumuskan suatu anggapan dasar, bukanlah pekerjaan yang mudah hal tersebut harus membutuhkan suatu pemikiran, renungan dan analisis masalah , sehingga boleh jadi bisa dianggap sukar bagi siapa saja , terutama yang belum terbiasa meneliti.
Contoh :
Judul Penelitian
Studi tentang Peranan Orangtua terhadap pilihan profeksi Anak SMA se – Daerah Istimewa Yogyakarta.
Anggapan dasar yang dapat dirumuskan antara lain :

1.Hubungan antara anak dengan orangtua cukup erat
2.Anak tahu keadaan Orangtuanya (Pendidikan, Pekerjaan, Cita-cita terhadap dirinya)
3.Anak SMA sudah memahami berjenis-jenis profesi yang ada , baik dalam wilayah yang sempit maupun wilayah yang luas.


BAB III
KESIMPULAN


Oleh karena judul penelitian sering tidak dituliskan secara lengkap , maka penelitian memperjelas maksud penelitiannya pada desain yang disusunnya.
Proposal atau Usul Penelitian perlu dibuat oleh calon peneliti dengan maksud :
1.Memberikan pedoman kerja peneliti
2.Meminta bantuan dana kepada sponsor

Ada 5 hal yang harus dijelaskan dalam desain penelitian yaitu :
1.Penegasan judul dan atau pembatasan masalah
2.Alasan pemilihan judul : karena penting , menarik dan belum ada yang meneliti
3.Problematik penelitian : Pertanyaan yang dicarikan jawabannya melalui penelitian dirumuskan dalam kalimat pertanyaan, merupakan hal yang dipertanyakan.
4.Tujuan Penelitian : keinginan yang ada pada peneliti untuk hal-hal yang akan dihasilkan oleh penelitian, dirumuskan dalam kalimat pernyataan merupakan jawaban yang ingin dicari.
5.Kegunaan hasil penelitian , hasil yang akan disumbangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan merupakan follow up kesimpulan.
Setelah langkah 1,2,3 selanjutnya langkah keempat yaitu merumuskan anggapan dasar. Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti harus dirumuskan secara jelas.

Faedah yang merumuskan anggapan dasar :
1.Untuk memperkuat permasalahan
2.Membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data, instrument pengumpulan data.
3.Untuk dapat merumuskan anggapan dasar peneliti harus banyak membaca buku, mendengarkan informasi dari berbagai sumber dan mengunjungi tempat.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimin. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta :
PT RINEKA CIPTA, 2006



















ekonomi

BAB 5
BUKU BESAR DAN BUKU PEMBANTU

A. KARAKTERISTIK BUKU BESAR DAN BUKU PEMBANTU

Buku besar (general ledger) merupakan kumpulan rekening-rekening yang digunakan untuk menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Buku pembantu (subsidiary ledger) adalah suatu cabang buku besar yang berisi rincian rekening tertentu yang ada dalam buku besar .Dengan demikian baik buku besar maupun buku pembantu terdiri dari rekening. Timbul pertanyaan apakah rekening itu ?. Rekening adalah judul suatu catatan akuntansi yang umumnya berbentuk T, yang dibagi dua bagian, sebelah kiri disebut debit dan sebelah kanan disebut kredit,sebagai alat untuk mengklasifikasikan dna mencatat transaksi berdasar prinsip tata buku berpasangan (double entry bookeeping).
Proses sortasi dan pemindahan data ke dalam buku besar dan buku pembantu disebut dengan pembukuan (posting). Dalam sistem manual, kegiatan posting ini memerlukan 4 tahap berikut ini :
1. Pembuatan rekapitulasi jurnal
2. Penyertasian rekening yang akan diisi dengan data rekapitulasi
3. Pencatatan data rekapitulasi dalam rekening yang bersangkutan
4. Pengembalian rekening ke dalam arsip pada umumnya semula.

Pembuatan rekapitulasi mengawali kegiatan posting. Jika perusahaan menyelenggarakan jurnal-jurnal khusus berkolom, kegiatan posting diawali dengan penjumlahan, kolom-kolom, dan pembuatan ringkasan data rupiah dari kolom lain-lain dalam jurnal tersebut. Angka rupiah beserta nama dan nomor rekening hasil kegiatan pembuatan rekapitulasi ini siap untuk ditransfer ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
Untuk mencatat hasil rekapitulasi tersebut, harus dilakukan penyortasian terhadap rekening-rekening dalam buku besar, untuk mencari rekening yang bersangkutan dengan yang tercantum dalam hasil rekapitulasi . Setelah rekening yang dimaksud ditemukan, kemudian diambil dari arsip, diletakkan di meja untuk disiapkan menerima posting informasi dari rekapitulasi jurnal.
Pencatatan data hasil rekapitulasi jurnal ke dalam rekening dilakukan dengan mencatat tanggal,nama jurnal,halaman jurnal (folio jurnal), dan jumlah rupiah yang didebitkan atau dikreditkan ke dalam rekening tersebut. Setelah kegiatan pencatatan ini selesai dilaksanakan, rekening yang bersangkutan harus dikembalikan ke dalam arsip, pada tempatnya semula, untuk memudahkan pencariannya kembali dan kegiatan posting yang lain.



Buku besar merupakan tempat untuk menampung informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Dengan demikian susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk menyusun rekening-rekening yang ada dalam buku besar. Selanjutnya rekening-rekening yang ada dalam buku besar digunakan sebagai dasar penggolongan transaksi yang dicatat dalam jurnal.
Jika diperlukan rincian mengenai rekening tertentu dalam buku besar, maka dibentuklah buku pembantu. Rekening yang ada dalam buku besar, yang dirinci dalam buku pembantu, yang merupakan rincian rekening tertentu dalam buku besar disebut dengan rekening pembantu (subsidiary account). Data yang di-posting ke dalam buku pembantu ini diperoleh dari dokumen sumber atau dari jurnal. Dalam ledgerless bookkeeping, fungsi buku pembantu ini digantikan oleh arsip dokumen sumber.

B. FORMULIR REKENING BUKU BESAR
Di atas sudah disebutkan bahwa rekening buku besar umumnya berbentuk T, yang merupakan catatan akuntansi yang dibagi dua secara vertikal, sebelah kiri disebut debit,dan sebelah kanan disebut kredit. Ada berbagai variasi bentuk formulir rekening buku besar :
1. Rekening dengan debit lebar (wide debit ledger)
2. Rekening biasa (regular ledger)
3. Rekening berkolom saldo di tengah (center balance ledger)
4. Rekening berkolom saldo (balance ledger)
5. Rekening ganda berkolom saldo (double ledger with balance ledger)
6. Rekening dengan saldo lama dan saldo baru (old and new balance ledger)
Rekening dengan Debit Lebar, Bentuk rekening ini menyediakan kolom “keterangan” pada sebelah debit lebih lebar bila dibandingkan dengan kolom “keterangan” pada sebelah kredit.Hal ini dilakukan karena penjelasan yang bersangkutan dengan transaksi pendebitan lebih banyak bila dibandingkan dengan penjelasan yang bersangkutan dengan transaksi pengkreditan, dan jika penentuan saldonya perlu dilakukan secara periodic. Lihat contoh bentuk pada Gambar 5.1.

JURNAL UMUM
Tanggal Keterangan Nomor Bukti Nomor Rek. Debit Kredit






Gambar 5.1. Rekening dengan Debit-Lebar




Rekening biasa.Bentuk rekening ini sangat luas digunakan. Rekening ini mempunyai kolora”keterangan” yang sama lebar untuk sebelah debit maupun sebelah kredit. Umumnya rekening buku besar menggunakan bentuk rekening ini. Buku pembantu yang menggunakan bentuk rekening ini adalah buku pembantu piutang dan buku pembantu utang. Lihat contoh gambar 5.2.


Nama rekening No. Rekening


Tgl. Keterangan Fol √ Debit Tgl Keterangan Fol √ Kredit
-





Gambar 5.2. Rekening Biasa
Rekening Berkolom Saldo di Tengah, Bentuk rekening ini digunakan jika diperlukan informasi saldo rekening setiap saat,baik saldo debit maupun saldo kredit dan diperlukan penjelasan yang relatif sama banyaknya baik untuk transaksi pendebitan maupun transaksi pengkreditan. Kolom saldo diletakkan di tengah-tengah formulir rekening. Rekening pembantu piutang dan utang umumnya menggunakan bentuk formulir ini. Lihat contoh bentuk rekening ini pada Gambar 5.3


Nama rekening No. Rekening



Tgl. Keterangan Fol √ Debit Saldo Kredit √ Fol Keterangan Tgl.







Gambar 5.3. Rekening Berkolom Saldo Tengah

Rekening Berkolom Saldo, Bentuk rekening ini digunakan jika diperlukan penjelasan yang banyak, baik untuk transaksi pendebitan maupun transaksi pengkreditan, dan jika diperlukan informasi saldo berjalan setiap saat. Kolom saldo diletakkan di sebelah kanan untuk memudahkan penyusunan neraca sisa. Untuk menunjukkan apakah saldo yang tercantum dalam kolom ”saldo”merupakan saldo debit atau saldo kredit, ada dua cara merancang kolom saldo tersebut :



(a) dengan mencantumkan kolom D/K untuk memberi tanda D untuk saldo Debit dan K untuk saldo kredit di muka angka yang tercantum dalam kolom saldo (lihat Gambar 5.4) dan (b) dengan membuat kolom saldo debit terpisah dari kolom saldo kredit (lihat gambar 5.5) Rekening pembantu piutang,utang,dan persediaan umumnya menggunakan bentuk formulir ini.

Nama rekening No. Rekening


Tgl. Keterangan Fol √ Debit Kredit D/K Saldo
-





Gambar 5.4. Rekening Berkolom Saldo

Rekening Ganda Berkolom Saldo. Bentuk rekening ini digunakan jika hanya diperlukan penjelasan singkat untuk setiap transaksi pendebitan dan pengkreditan. Jika diperlukan informasi saldo berjalan setiap saat , dan jika rekening sangat aktif dipakai. Lihat contoh rekening ini pada Gambar.5.6.

Nama rekening No. Rekening


Tgl. Keterangan Fol √ Debit Kredit Saldo
Debit Kredit





Gambar 5.5. Rekening Berkolom Saldo Debit dan Kredit


Nama rekening No. Rekening



Tgl. Ket Fol √ Debit Kredit Saldo Tgl Ket fol √ Debit Kredit Saldo





Gambar 5.5. Rekening Ganda Berkolom Saldo
Rekening dengan kolom Saldo Lama dan Saldo Baru. Rekening ini biasanya digunakan jika perusahaan menggunakan mesin pembukuan sebagai alat posting-nya. Operasi posting dengan mesin pembukuan memerlukan kegiatan penjemputan saldo lama (old balance pick up).
Oleh karena itu formulir rekening didesain dengan menyediakan kolom-kolom saldo lama dan saldo baru untuk memenuhi keperluan posting dengan mesin pembukuan tersebut. Lihat contoh rekening ini pada Gambar 5.7


Nama rekening No. Rekening



Saldo lama Tgl. Keterangan Debit Kredit Saldo Baru






Gambar 5.5. Rekening dengan saldo lama dan Saldo baru

C. SUSUNAN REKENING BUKU BESAR
Rekening –rekening yang dibentuk dalam buku besar harus disesuaikan dengan jenis dan susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Biasanya laporan keuangan yang dipakai sebagai dasar pembentukan dan penyusunan rekening-rekening buku besar adalah neraca dan laporan rugi laba.
Umumnya jenis dan susunan informasi yang disajikan dalam neraca dan laporan rugi laba untuk jenis tertentu telah mengikuti jenis dan susunan standar yang lazim dalam menyajikan laporan keuangan dalam jenis usaha tersebut. Sebagai contoh jenis dan susunan informasi mengenai aktiva lancar di dalam neraca perusahaan manufaktur umumnya adalah sebagai berikut :
Kas dan bank
Investasi sementara
Piutang
Cadangan kerugian piutang
Persediaan produk jadi
Persediaan produk dalam proses
Persediaan bahan baku dan bahan penolong
Persekot biaya
Aktiva lancar lain

Jika jenis dan susunan informasi aktiva lancar seperti di atas , maka dalam buku besar harus dibentuk jenis rekening-rekening tersebut dengan susunan yang sama dengan yang tersebut di atas.






D. KODE REKENING
Kode adalah suatu kerangka (framework) yang menggunakan angka atau huruf atau kombinasi angka dan huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah dibuat . Kode ini memudahkan identifikasi dan pembedaan elemen-elemen yang ada di dalam suatu klasifikasi.
Pengolahan data akuntansi sangat tergantung pada penggunaan kode untuk mencatat,mengklasifikasikan ,menyimpan, dan mengambil data keuangan. Dalam mencatat transaksi pembelian bahan baku misalnya,perusahaan umumnya tidak hanya menggunakan nama-nama rekening persediaan dan Utang Dagang, namun mencantumkan pula kode rekening persediaan (012 Persediaan Bahan Baku dan 100 Utang Dagang) untuk memudahkan pencatatan,pengklasifikasian,penyimpanan,dan pengambilan data akuntansi. Penggunaan kode rekening dan bukan nama rekening akan mempercepat pencarian rekening yang akan diisi dengan informasi dalam proses posting. Dalam hal tertentu , penggunaan kode rekening akan mengurangi pekerjaan penulisan identitas rekening.

1. Tujuan Kode
Dalam sistem pengolahan data akuntansi , kode memenuhi berbagai tujuan berikut ini :
1. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik
2. Meringkas data
3. Mengklasifikasi rekening atau transaksi
4. Menyampaikan makna tertentu.
Mengidentifikasi Data Akuntansi secara Unik. Data akuntansi perlu diberi identifikasi secara unik agar dapat dilakukan pencatatan, klasifikasi , penyimpanan,dan pengambilan data tersebut dengan benar. Jika misalnya perusahaan memiliki 300 debitur, nama debitur bukanlah alat identifikasi yang baik untuk mencari transaksi yang bersangkutan tiap debitur . Hanya dengan kode angka misalnya, masing-masing debitur menjadi memiliki identitas yang unik , yang menjadikan satu debitur berbeda dari debitur yang lainnya.

Meringkas Data, Kode menjadikan data akuntansi lebih ringkas sehingga memerlukan lebih sedikit ruang dalam pencatatannya. Dalam pencatatan transaksi penjualan misalnya,Bagian Akuntansi tidak perlu menuliskan nama rekening Harga Pokok Penjualan dan Persediaan Produk Jadi, namun cukup menuliskan kode kedua rekening dalam jurnal umum.
Mengklasifikasi Rekening atau Transaksi. Dalam mengolah data akuntansi, kode digunakan untuk menunjukkan ke dalam klasifikasi apa suatu rekening atau transaksi dikelompokkan . Misalnya daerah pemasaran yogyakarta diberi kode 15 , maka semua faktur penjualan untuk transaksi penjualan yang terjadi di yogyakarta akan diberi kode 15 sehingga memudahkan pengklasifikasian informasi penjualan menurut daerah pemasaran.

Menyampaikan Makna Tertentu. Dengan kode kita dapat menyampaikan informasi yang bermakna tertentu bagi orang yang memahami sistem pemberian kode tersebut.

2. Metode Pemberian Kode Rekening
Pemberian kode rekening umumnya didasarkan pada kerangka pemberian kode tertentu sehingga memudahkan pemakai dalam penggunaannya . Pemberian kode rekening tidak dimaksudkan agar pemakai menghapalkan kode-kode rekening yang disusun, namun untuk memudahkan pemakai mengikuti kerangka logika pemberian kode rekening sehingga dapat menggunakan rekening yang disusun untuk pemberian identifikasi transaksi yang terjadi dalam perusahaan :
Ada 5 metode pemberian kode rekening :
1. Kode Angka atau Alfabet Urut (numerical –or alphabetic-sequence code)
2. Kode Angka Blok (block numerical code)
3. Kode Angka Kelompok (group numerical code)
4. Kode Angka Desimal (demical code)
5. Kode Angka Urut Didahului dengan Huruf (numerical seguence preceded by an alphabetic reference).

Kode Angka atau Alfabet Urut. Dalam metode pemberian kode ini , rekening buku besar diberi kode angka atau huruf yang berurutan . Kelamahan Kode Angka atau Alfabet Urut ini adalah jika terjadi perluasaan jumlah rekening. Hal ini akan mengakibatkan perubahan menyeluruh terhadap kode rekening yang mempunyai kode angka yang lebih besar. Contoh Kode Angka Urut adalah sebagai berikut :
1. Kas dan bank
2. Investasi sementara
3. Piutang
4. Cadangan kerugian piutang
5. Persediaan produk jadi
6. Persediaan produk dalam proses
7. Persediaan bahan baku dan bahan penolong
8. Persekot biaya

9. Aktiva Lancar
10. Investasi jangka panjang
11. Tanah
12. Gedung
13. Akumulasi Depresiasi Gedung
14. Mesin
15. Akumulasi Depresiasi mesin
16. Mebel
17. Akumulasi Depresiasi Mebel
18. Aktiva tetap lain
19. Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap Lain
20. Beban yang ditangguhkan
21. Aktiva lain-lain
22. Utang Dagang
23. Utang Pajak
24. Utang Gaji dan Upah
25. Utang Biaya
26. Pendapatan yang diterima dimuka
27. Utang lancar Lain-lain
28. Utang jangka Panjang Bank
29. Modal Saham
30. Laba Ditahan
31. Pendapatan Penjualan
32. Harga Pokok Penjualan
33. Biaya bahan Baku
34. Biaya tenaga kerja
35. Biaya Overhead Pabrik
36. Biaya Administrasi dan Umum
37. Biaya Pemasaran
38. Penghasilan Di Luar Usaha
39. Biaya Di Luar Usaha
40. Rugi Laba

Pemberian kode dengan Kode Angka Urut ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Rekening diberi kode dengan angka urut, dari angka kecil ke angka besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Rekening dengan kode 1 sampai 9 memiliki 1 angka dalam kode rekeningnya, sedangkan rekening dengan kode 10 sampai dengan 99 memiliki 2 angka , sedangkan rekening dan kode 100 sampai 999 memiliki 3 angka dalam kode rekeningnya,dan seterusnya.
c. Perluasan klasifikasi pada suatu rekening akan mengakibatkan perubahan kode semua rekening yang kodenya lebih besar dari kode rekening yang mengalami perluasan. Sebagai contoh, jika rekening 21 Beban yang ditangguhkan dalam daftar rekening diatas dirinci lebih lanjut menjadi 3 rekening : 21 Beban organisasi,22 Rugi Trial-Run,dan 23 Beban Promosi, maka rekening-rekening yang sebelumnya berkode diatas rekening yang dipecah tersebut (kode 22 dan selanjutnya) semuanya akan mengalami perubahan kode.

Kode Angka Blok. Dalam metode pemberian kode ini, rekening buku besar dikelompokkan menjadi beberapa golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan untuk memberi kodenya. Penggunaan Kode Angka Blok ini dapat mengatasi kelemahan Kode Angka urut, yang jika terjadi perluasan klasifikasi pada suatu rekening mengakibatkan perubahan kode semua rekening yang kodenya lebih besar dari kode rekening yang mengalami perluasan.

Untuk menghadapi kemungkinan perluasaan rekening, dalam setiap blok angka disediakan angka cadangan perluasan,sehingga perluasaan kode rekening hanya akan mempengaruhi pemberian kode rekening dalam blok yang bersangkutan.
Contoh Kode Angka Blok adalah sebagai berikut : rekening buku besar digolongkan menjadi golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan sebagai berikut :
1-24 Aktiva Lancar
25-39 Investasi Jangka Panjang
40-69 Aktiva Tetap Berwujud
70-79 Aktiva Tidak Berwujud
80-99 Aktiva Lain-lain
100-124 Utang Lancar
125-129 Utang Jangka Panjang
130-139 Modal
140-169 Pendapatan Penjualan
170-199 Harga Pokok Penjualan
200-299 Biaya Produksi
300-349 Biaya Administrasi dan Umum
350-399 Biaya Pemasaran
400-449 Penghasil Di Luar Usaha
450-499 Biaya Di Luar Usaha
500 Rugi – Laba

Rincian susunan dan kode rekening dengan menggunakan Kode Angka Blok adalah sebagai berikut :
1-24 Aktiva Lancar
1 Kas dan Bank
2 Investasi Sementara
3 Piutang
4 Cadangan Kerugian Piutang
10 Persediaan Produk Jadi
11 Persediaan Produk dalam Proses
12 Persediaan Bahan Baku dan Bahan Penolong
20 Persekot Biaya
24 Aktiva Lancar Lain
25 – 39 Investasi Jangka Panjang
25 Investasi Jangka Panjang Saham
26 Investasi Jangka Panjang Obligasi
27 Investasi Jangka Panjang Deposito Berjangka




4-69 Aktiva Tetap Berwujud
40 Tanah
41 Gedung
42 Akumulasi Depresiasi Gedung
43 Mesin
44 Akumulasi Depresiasi Mesin
45 Mebel
46 Akumulasi Depresiasi Mebel
47 Aktiva Tetap Lain
48 Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap Lain
70-79 Aktiva Tidak Berwujud
70 Goodwill
71 Beban Pendirian
72 Merk dan Cap Dagang
73 Paren
80-099 Aktiva Lain-Lain
80 Jaminan PLN
81 Jaminan Telkom
100-124 Utang Lancar
100 Utang Dagang
101 Utang Pajak
102 Utang Gaji dan Upah
103 Utang Biaya
110 Pendapatan yang Diterima Di Muka
124 Utang Lancar Lain-Lain
125-139 Utang Jangka Panjang
125 Utang jangka panjang Bank
126 Utang jangka panjang Obligasi
127 Utang jangka panjang-lembaga kredit lain
130-169 Pendapatan Penjualan
140 Pendapatan Penjualan Produk A
141 Pendapatan Penjualan Produk B
170-199 Harga Pokok Penjualan
170 Harga Pokok Penjualan Produk A
171 Harga Pokok Penjualan Produk B
200-299 Biaya Produksi
200 Biaya Bahan Baku
230 Biaya Tenaga Kerja
270 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
271 Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan



300-349 Biaya Administrasi dan Umum
300 Biaya Administrasi dan Umum
350-399 Biaya Pemasaran
350 Biaya Pemasaran
400-449 Penghasilan di Luar Usaha
400 Pendapatan Bunga
401 Pendapatan Dividen
402 Laba Penjualan Surat Berharga
403 Laba Penjualan Aktiva Tetap
450-499 Biaya diluar usaha
450 Biaya berbunga
451 Rugi Penjualan surat berharga
452 Aktiva tetap
500 Rugi-Laba
Pemberian kode dengan Kode Angka Blok ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Rekening diberi kode dengan blok angka yang berurutan, dari angka kecil ke angka besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Rekening berkode angka dalam blok sampai dengan 9 memiliki 1 angka dalam kodenya. Dalam blok 10 sampai dengan 99 memiliki 2 angka dalam kodenya, dan yang dalam blok 100 sampai dengan 999 memiliki 3 angka dalam kodenya, dan seterusnya.
c. Perusahaan klasifikasi pada suatu rekening ditampung dengan menyediakan angka cadangan dalam setiap blok yang diperkirakan akan mengalami perluasan klasifikasi. Sebagai contoh, untuk klasifikasi rekening Utang Jangka Panjang disediakan angka 125 sampai dengan 129, karena diperkirakan jumlah rekening yang termasuk dalam klasifikasi ini tidak akan lebih dari 5 rekening, Untuk sementara baru 3 angka yang dipakai untuk memberi kode , yaitu angka 125,126, dan 127 Angka 128 dan 129 disediakan untuk menampung perluasan klasifikasi utang jangka panjang, yang diperkirakan oleh analisis sistemnya tidak lebih dari 2 rekening tambahan. Jika misalnya analisis sistem memperkirakan kemungkinan tambahan rekening akibat perluasan klasifikasi utang jangka panjang berjumlah 10 rekening, maka blok angka yang disediakan untuk klasifikasi utang jangka panjang adalah 125 sampai dengan 139, bukan hanya 125 sampai dengan 129. Berikut ini dicantumkan kembali blok angka yang disediakan untuk memberi kode klasifikasi utang jangka panjang untuk memudahkan pembaca mengikuti uraian di atas.

125-129 Utang Jangka Panjang
125 Utang Jangka Panjang Bank
126 Utang Jangka Panjang Obligasi
127 Utang Jangka Panjang Lembaga Kredit Lain


Kode Angka Kelompok. Kode Angka Kelompok terbentuk dari dua atau lebih subcodes yang dikombinasikan menjadi satu kode. Kode Angka Kelompok ini mempunyai Karakteristik sebagai berikut :
1. Rekening diberi Kode angka atau kombinasi angka dan huruf
2. Jumlah angka dan /atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu
3. Posisi angka dan /atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu
4. Perluasan Klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka dan / atau huruf ke kanan.

Sebagai contoh adalah pemakaian Kode Angka Kelompok untuk memberi kode rekening biaya guna menghasilkan informasi biaya yang menggambarkan :
xx Daerah Istimewa Yogyakarta
xxx Kode unik (unique code) mobil
xx Daerah Tingkat II di bawah Daerah Tingkat I atau Karasiden
Jadi kode mobil AB7964CE menyampaikan makna sebagai berikut :
AB Daerah Istimewa yogyakarta
7964 Kode unik untuk mobil tertentu
CE Kabupaten Sleman

a. Hubungan biaya dengan pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan , yang dibagi menurut hirarkhi berikut ini :
Direksi
Departemen
Bagian
b. Jenis Biaya
Berdasarkan data tersebut di atas dapat ditentukan bahwa jumlah angka dalam kode adalah 5, dengan rincian 3 angka pertama untuk menunjukkan hubungan biaya dengan struktur organisasi (ada 3 jenjang organisasi), dan 2 angka sisanya untuk menunjukkan jenis biaya (karena jumlah jenis biaya diperkirakan tidak akan lebih dari 100, sehingga hanya diperlukan 2 angka saja). Dengan demikian arti posisi angka dalam kode rekening biaya tampak pada Gambar 5.8 berikut ini.

1 2 3 4. 5
Direktorat Departemen Bagian Jenis Biaya


Gambar 5.8. Kode rekening biaya

Dari Gambar 5.8 tersebut angka pada posisi ke -1 sampai dengan ke-3 dalam kode mempunyai makna pusat pertanggungjawaban , yang dirinci lebih lanjut sebagai berikut:
Posisi ke – 1 : Jenjang Direksi
Posisi ke – 2 : Jenjang Departemen
Posisi ke – 3 : Jenjang Bagian

Rincian kode pusat pertanggungjawaban lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 5.9. Dari Gambar 5.9 tersebut dapat diambil contoh makna kode 213 Bagian penyelesaian sebagai berikut :
a. Posisi angka ke – 1 menunjukkan bahwa Bagian Penyelesaian di bawah Direktur Produksi yang mempunyai kode 200
b. Posisi angka ke – 2 menunjukkan bahwa bagian penyelesaian di bawah Departemen Produksi yang mempunyai kode 21
c. Posisi angka ke – 3 menunjukkan kode bagian , yaitu Bagian Penyelesaian itu sendiri Oleh karena itu, posisi angka ke-3 ini merupakan kode unik (uniqe code) bagi Bagian Penyelesaian.
Dengan demikian jika orang menjumpai kode 213, orang tersebut akan menafsirkan bahwa Bagian Produksi dan di bawah Direktur Produksi.Begitu pula setiap kode yang posisi angka ke – 1 nya berkode 3 berarti berada di bawah Direktur Keuangan. Cara pemberian kode semacam ini akan memudahkan identifikasi terjadinya biaya dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap terjadinya.


















Gambar 5.9 Kode Rekening Pusat Pertanggungjawaban

Posisi angka ke – 4 dan ke – 5 menunjukkan jenis biaya . Seperti telah dikemukakan diatas, untuk jenis biaya disediakan 2 posisi angka karena diperkirakan jenis biaya tidak akan lebih dari 100 jumlahnya. Jika misalnya diperkirakan jenis biaya akan berjumlah 100 atau lebih , maka untuk jenis biaya akan disediakan 3 angka yang menempati posisi ke – 4 sampai dengan ke – 6. Rincian jenis biaya beserta kodenya adalah sebagai berikut :
01 Biaya bahan baku
02 Biaya bahan penolong
03 Biaya bahan bakar
04 Biaya suku cadang
05 Biaya upah
06 Biaya kesejahteraan karyawan
07 Biaya asuransi tenaga kerja
08 Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
09 Biaya depresiasi aktiva tetap
10 Biaya asuransi aktiva tetap
11 Biaya akuntan dan konsultan
12 Biaya iklan
13 Biaya pembungkus
14 Biaya telepon dan telegraf
15 Biaya lain-lain
Berdasarkan kode tersebut di atas, biaya asuransi tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Bagian Pulp diberi kode 21107 dengan kerangka kode seperti terlihat pada Gambar 5.10.
Biaya bahan bakar yang dikonsumsi oleh Bagian Listrik dan Air dicatat dalam rekening yang berkode 22203.

Kode Angka Desimal. Desimal berarti persepuluhan. Kode Angka Desimal memberi kode angka terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimum 10 sub kelompok dan membagi subkelompo menjadi maksimum 10 golongan yang lebih kecil dari subkelompok tersebut. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
I. Persediaan
1.1. Persediaan Suku Cadang
1.2 Persediaan Bahan Penolong
1.3 Persediaan Bahan Baku
1.9. Persediaan Lain-Lain










Direktur Produksi

Departemen Produksi

Bagian Produksi

Biaya Asuransi Tenaga Kerja
Gambar 5.10 Kode Biaya Asuransi Tenaga kerja di Bagian Pulp, di Bawah Departemen Produksi, dan di Bawah Direktur Produksi.



Persediaan Bahan Baku dibagi menjadi maksimum 10 golongan :
1.3.1 Bagian Baku Kayu
1.3.2 Bahan Baku Ampas Tebu
1.3.3 Bahan Baku Jerami
1.3.4 Bahan Baku Bambu
1.3.9 Bahan Baku Lain-lain

Persediaan Bahan kayu dibagi menjadi maksimum 10 golongan :
1.3.1.1 Bahan baku Serat Panjang Ex Jepang
1.3.1.2 Bahan baku Serat Panjang Ex USA
1.3.1.3 Bahan baku Serat Panjang Ex Brasilia
1.3.1.4 Bahan baku Serat Pendek Ex Jepang
1.3.1.5 Bahan baku Serat Pendek Ex USA
1.3.1.6 Bahan baku Serat Pendek Ex Brasilia
1.3.1.9.1 Bahan baku Serat Kayu lain-lain

Pemberian kode dengan Kode Angka Desimal ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Rekening diberi dengan angka yang berurutan, dari angka kecil ke angka besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Klasifikasi besar memiliki jumlah angka yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan klasifikasi rinciannya.
c. Perluasan klasifikasi pada suatu rekening dilakukan dengan maksimum pemecahan tidak lebih dari 10. Pemberian kode perluasannya dilakukan dengan menambahkan 1 angka di sebelah kanannya.
Kode Angka urut Didahului dengan Huruf. Metode ini menggunakan kode berupa kombinasi angka dan Huruf. Setiap rekening diberi kode angka yang di mukanya dicantumkan huruf singkatan kelompok rekening tersebut.


Misalnya :
AL 101
ATL 112
MO 245

AL merupakan singkatan dari aktiva lancar, ATL singkatan aktiva tidak lancar , dan MO singkatan dari modal.

3. Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Merancang Kode Rekening
Dalam merancang kerangka kode rekening, berbagai pertimbangan berikut ini perlu diperhitungkan :
1. Rerangka kode harus sesuai logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode pengolahan data yang digunakan. Kode sembarang , seperti SSR untuk menunjukkan Sempati Air dalam kode penerbangan, membingungkan para penumpang pesawat.
2. Setiap kode harus mewakili secara unik unsur yang diberi kode. Kode untuk rekening piutang kepada Risa Rimendi harus hanya menunjukkan rekening debitur tersebut, bukan debitur yang lain.
3. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan. Jika struktur kode harus diubah setiap kali menghadapi tuntutan perubahan, hal ini akan memerlukan biaya perubahan dan membingungkan pemakai.

E. BUKU PEMBANTU (SUBSIDIARY LEDGERS)
Buku pembantu adalah suatu kelompok rekening yang merupakan rincian rekening tertentu dalam buku besar (general ledger), yang dibentuk untuk memudahkan dan mempercepat penyusunan laporan dan neraca percobaan. Seperti telah disebutkan dalam Bab 1, rekening buku besar yang dirinci informasinya dalam buku pembantu disebut rekening control (controlling account), Sedangkan rekening-rekening rincian yang terdapat dalam buku pembantu disebut rekening pembantu (subsidiary account).
Umumnya perusahaan manufaktur menyelenggarakan berbagai buku pembantu berikut ini :
a. Buku pembantu persediaan
b. Buku Pembantu piutang
c. Buku pembantu utang
d. Buku pembantu harga pokok produk
e. Buku pembantu biaya
f. Buku pembantu aktiva tetap

Berikut ini diuraikan secara rinci masing-masing buku pembantu tersebut.
Buku Pembantu Persediaan. Buku pembantu ini terdiri dari kartu persediaan yang berisi informasi baik mengenai kuantitas maupun harga pokok berbagai persediaan.


Kartu persediaan ini digunakan untuk mencatat mutasi persediaan dan saldo tiap jenis persediaan, baik kuantitas maupun harga pokoknya. Biasanya kartu persediaan ini disediakan oleh Bagian Akuntansi Biaya Contoh formulir kartu persediaan tampak pada Gambar 5.11

Buku Pembantu Piutang. Buku pembantu ini terdiri dari kartu piutang yang disusun menurut nama debitur perusahaan. Kartu piutang ini digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo piutang kepada tiap debitur serta digunakan sebagai sumber informasi untuk pembuatan pernyataan piutang (account receivable statement) yang dikirimkan kepada tiap debitur secara periodic. Buku pembantu ini merupakan rincian rekening piutang dagang yang diselenggarakan dalam buku besar.
Bentuk formulir kartu piutang dapat menggunakan Rekening Biasa (Gambar 5.2) Rekening dengan kolom saldo di Tengah (Gambar 5.3) Atau Rekening dengan Kolom Saldo (Gambar 5.4 dan 5.5).

Buku Pembantu Utang. Buku pembantu ini terdiri dari kartu utang yang disusun menurut nama debitur perusahaan. Kartu utang ini digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo utang kepada tiap debitur serta digunakan sebagai sumber informasi untuk rekonsiliasi dengan pernyataan piutang (account receivable statement) yang terdiri dari kreditur secara periodik.
KARTU PERSEDIAAN
Nama Barang Kode Brang Satuan Gedung No. Lantai No.Lokasi
No Barang Tidak Pesan kembali EOQ Maximum Minimum Daftar barang khusus
Pembelian Penerimaan Pemakaian Saldo
No
LPE Jmlh Dipesan Jlm Diterima Sisa Pesanan Tgl No
LPE Kuantitas Harga satuan Jumlah harga Tgl No. BPBG Kuantitas Harga satuan Jumlah harga Kuantitas Harga satuan Jumlah harga


























Gambar 5.11 Kartu Persediaan



Buku besar ini merupakan rincian rekening utang dagang yang diselenggarakan dalam buku besar. Seperti halnya dengan piutang bentuk formulir kartu utang dapat menggunakan Rekening Biasa (Gambar 5.2). Rekening dengan kolom Saldo Di Tengah (Gambar 5.3) atau Rekening dengan kolom saldo (Gambar 5.4 dan 5.5).

Buku Pembantu Harga Pokok Produk. Buku pembantu ini terdiri kartu harga pokok produk yang digunakan untuk mencatat harga pokok pesanan yang diproduksi perusahaan. Buku pembantu ini digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, dan merupakan rincian rekening Barang Dalam Proses yang diselenggarakan dalam buku besar Contoh kartu harga pokok tampak pada Gambar 5.12
Buku Pembantu Biaya. Buku pembantu ini terdiri dari kartu biaya yang digunakan untuk mencatat biaya yang tidak bersangkutan dengan pesanan tertentu (biaya overhead) pabrik sesungguhnya, biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran kartu biaya umumnya menggunakan formulir rekening dengan kolom saldo (Gambar 5.4 dan 5.5)

Buku Pembantu Aktiva Tetap. Buku pembantu ini terdiri kartu aktiva tetap yang digunakan untuk mencatat semua informasi mengenai aktiva tetap, seperti tanggal perolehan jenis aktiva tetap ,spesifikasi, lokasi,depresiasi, dan pengeluaran modal. Buku pembantu ini merupakan rincian rekening aktiva tetap yang diselenggarakan dalam buku besar. Contoh kartu aktiva tetap tampak pada Gambar 5.13
Pada Gambar 5.14 disajikan contoh buku pembantu, nama rekening kontrol, dan nama jurnal yang menjadi sumber informasinya.

F. POSTING KE DALAM REKENING BUKU BESAR DAN BUKU PEMBANTU
Seperti telah dikemukakan pada awal bab ini, posting adalah proses sortasi dan pemindahan data ke dalam rekening buku besar dan buku pembantu. Posting ke dalam buku besar dan buku pembantu dapat dilakukan dengan salah satu di antara 4 Metode berikut ini :
1. posting jurnal ke dalam rekening buku besar dengan tulisan tangan dan posting dokumen sumber ke dalam rekening buku pembantu dengan cara yang sama.
2. posting dokumen sumber ke dalam rekening buku pembantu yang menghasilkan jurnal sebagai tembusan posting ke dalam rekening tersebut.
3. Posting kedalam buku pembantu sebagai akibat dari pengisian dokumen sumber yang sekaligus menghasilkan jurnal sebagai tembusan pengisian bukti tersebut.
4. Pembukuan tanpa buku pembantu (ledgerless bookkeeping)

Posting Jurnal ke dalam Rekening Buku Besar dengan Tulisan Tangan dan posting Dokumen Sumber ke dalam Rekening buku Pembantu dengan cara yang sama dalam metode posting ini, data yang sudah terkumpul dalam jurnal di posting ke dalam buku besar dengan tulis tangan. Posting ke dalam rekening buku pembantu dapat bersumber dari data yang telah dicatat dalam jurnal atau langsung dari dokumen sumber.
Untuk dapat men-posting jurnal ke dalam rekening yang bersangkutan dalam buku besar, dilakukan pembuatan rekapitulasi jurnal lebih dahulu. Untuk menjamin ketelitian posting, secara periodik dibuat neraca percobaan (trial balance) yang berisi jumlah pendebitan dan pengkreditan tiap rekening buku pembantu. Neraca percobaan ini direkonsiliasi dengan pendebitan dan pengkreditan rekening kontrol yang bersangkutan dalam buku besar . Di samping itu, dari rekening-rekening buku besar secara periodik dibuat neraca percobaan untuk mengecek apakah jumlah pendebitan dan jumlah pengkreditan rekening-rekening buku besar seimbang. Lihat bagan alir metode posting ini pada Gambar 5.15


KARTU HARGA POKOK PRODUK

Nama Pemesan

Nomor Pemesan Tanggal Mulai
Sertifikasi Kuantitas Tanggal Selesai
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga kerja langsung Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya
No. BPPBG Jumlah Rupiah Tgl Jam kerja Jumlah Rupiah Tgl Tarif Jumlah Rupiah Biaya Bahan Baku :


Biaya Ting.Kerja lngs.................
Biaya tenaga kerja langs.............
Biaya Ov.Pabrik. ......................


Jumlah .....................


Harga Pokok
Persatuan .....................


Realisasi Biaya:

Biaya bahan baku
Biaya Tng.Kerja Lngs ...............
Biaya Ov.Pabrik ...............

Jumlah ..............

Harga Pokok
Persatuan ................

Otorisasi

Kepala Dep. Kepala Bagian
Akumulasi Akumulasi Biaya



































Gambar 5.12 Kartu Harga Pokok Produk






KARTU AKTIVA TETAP
Nama Barang Mesin Crusher Nomor Rekening 1123
Pabrik Pulp I Pulp II
Departemen Persiapan Bahan Persiapan Bahan
Geduang
Lantai
Tanggal
Tgl No.Bukti Kuantitas Keterangan Jumlah Rupiah
2/5/91 BKK 23 1 Mesin Crusher dari jepang







Metode Depresiasi Umur Ekonomis Tahun Habis Disusut Taksiran Nilai Rersidu Depresiasi Pertahun
Garis lurus 10 tahun 2000 0 Rp.10.000.000

Catatan Historis
Depresiasi Akumulasi Historis Rapat & Pemeliharaan Revaluasi
Tgl No. Bukti Jumlah rupiah Tgl No. Bukti Jumlah Rupiah Jumlah Komulatif Tgl No. Bukti Jumlah Rupiah Tgl No. Bukti Jumlah Rupiah


















Gambar 5.13 Kartu Aktiva Tetap









Nama Buku Pembantu Nama Rekening Kontrol Nama Jurnal Sumber posting-nya
1. Buku pembantu piutang
(accounts receiable ledger) Piutang Dagang Jurnal penjualan (D)
Jurnal penerimaan kas (K)
Jurnal retur pembelian (K)
Jurnal Umum (hampir semua kredit)
2. Buku pembantu utang
(accounts payable ledger) Utang Dagang Jurnal Pembelian (K)
Jurnal pengeluaran kas
Jurnal retur pembelian (D)
Jurnal umum
3. Buku pembantu persediaan
bahan (raw material inventory ledger) Persediaan bahan baku Jurnal pembelian atau register bukti
kas keluar (D)
Jurnal pemakaian bahan (K)
Jurnal Umum (D) dan (K)
4. Buku pembantu aktiva tetap
(fixed assets ledger) Aktiva tetap Jurnal pembelian atau kas register bukti kas keluar (D)
Jurnal Umum (K)
5. Kartu harga pokok produk
(cost sheet) Barang dalam proses Jurnal pemakaian bahan (D)
Jurnal Umum (D dan K)
6. Buku Pembantu persediaan
produk jadi Persediaan produk jadi Jurnal Umum ( D dan K)
7. Buku pembantu biaya
pemasaran (selling expense
ledger) Biaya Pemasaran Jurnal pembelian atau register bukti kas keluar (D)
Jurnal Umum (D)
8. Buku pembantu biaya
administrasi dan umum Biaya administrasi dan umum Jurnal pembelian atau register bukti kas keluar (D)
Jurnal pemakaian bahan (D)
Jurnal Umum
9. Buku pembantu biaya
(overhead pabrik) Biaya overhead pabrik Jurnal pembelian atau register bukti kas keluar (D)
Jurnal pemakaian bahan (D)
Jurnal Umum (D)

Gambar 5.14 Buku Pembantu, Rekening Kontrol, dan Jurnal yang Berkaitan










Gambar 5.15 posting jurnal dan Dokumen Sumber ke dalam Books of final entry



Posting Dokumen Sumber ke dalam Rekening Buku Pembantu yang menghasilkan jurnal sebagai tembusan posting ke dalam rekening tersebut. Dalam metode posting ini, dokumen sumber di – posting ke dalam buku pembantu dengan tulis tangan atau dengan mesin pembukuan , yang tembusan posting-nya menghasilkan jurnal. Posting ke dalam rekening buku besar bersumber dari jurnal yang merupakan tembusan hasil posting tersebut. Jika digunakan mesin pembukuan, ketelitian posting dapat diuji dengan melakukan pembuktian ketelitian posting langsung (direct prof) dengan menggunakan mesin pembukuan atau dengan melaksanakan pembuktian ketelitian posting tidak langsung yang digunakan secara periodik dibuat neraca percobaan berisi jumlah pendebitan dan pengkreditan tiap rekening buku pembantu. Neraca percobaan ini direkonsiliasi dengan pendebitan dan pengkreditan rekening kontrol yang bersangkutan dalam buku besar . Di samping itu dari rekening-rekening buku besar secara periodik dibuat neraca percobaan untuk mengecek apakah jumlah pendebitan dan jumlah pengkreditan rekening-rekening buku besar seimbang lihat bagan alir metode posting ini pada Gambar 5.16.












Gambar 5.16 posting Dokumen Sumber ke –dalam Buku Pembantu
Jurnal Dihasilkan dari kegiatan posting tersebut

Posting ke dalam Buku Pembantu sebagai Akibat dari Pengisian dokumen sumber yang sekalius menghasilkan jurnal sebagai tembusan pengisian bukti tersebut. Dalam metode posting ini, pembuatan dokumen sumber, posting ke dalam buku pembantu, dan pencatatan jurnal dilakukan dalam sekali tulis (biasanya dengan mesin pembukuan). Data yang dicatat dalam buku pembantu, dan jurnal merupakan tembusan hasil pengisian data diatas dokumen sumber. Posting ke dalam rekening buku besar bersumber dari jurnal , Jika pembuktian ketelitian posting tidak langsung yang digunakan , secara periodik dibuat neraca percobaan untuk mengecek apakah jumlah pendebitan dan jumlah pengkreditan rekening-rekening buku besar seimbang. Lihat bagan alir metode posting ini pada Gambar 5.17











Gambar 5.16 posting ke –dalam Buku Pembantu sebagao
Hasil pembuatan dokumen sumber
Pembukuan tanpa Buku Pembantu (Ledgerless Bookkeeping). Dalam metode posting ini, tidak digunakan buku pembantu dalam pembukuan. Fungsi buku pembantu digantikan dengan arsip dokumen sumber . Dokumen sumber dicatat dalam jurnal dengan tulis tangan, dan secara periodik informasi dalam jurnal di-posting ke dalam rekening yang bersangkutan dalam buku besar dengan tulis tangan. Setelah dokumen sumber dicatat dalam jurnal, kemudian diarsipkan sementara menurut abjad atau susunan yang lain. Arsip dokumen sumber inilah yang berfungsi sebagai buku pembantu. Lihat bagan alir metode pembukuan tanpa buku pembantu itu pada Gambar 5.18









G. CARA PENANGANAN DOKUMEN SUMBER

Dokumen sumber seringkali dengan istilah media dapat digolongkan menjadi dua : media tunggal (single document atau single media) dan media campuran (mixed document atau mixed media ). Media tunggal adalah dokumen sumber yang hanya berisi satu rekening yang didebit atau satu rekening yang di kredit. Media campuran adalah dokumen sumber yang berisi lebih dari satu rekening yang dikredit atau lebih dari satu rekening yang didebit.

Seperti telah disebutkan di atas, dokumen sumber merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam data terjadinya transaksi keuangan, yang merupakan dasar untuk melakukan pencatatan ke dalam jurnal dan rekening pembantu. Pencatatan dokumen sumber ke dalam jurnal, baik yang berupa media tunggal media yang bersangkutan.
Namun pencatatan data yang direkam pada media campuran ke dalam rekening pembantu memerlukan 5 tahap berikut ini :

Tahap ke – 1 : Mengambil media yang akan dicatat ke dalam rekening
pembantu
Tahap ke – 2 : Mencari kartu rekening yang akan di debit atau di kredit yang di simpan dalam arsip berdasarkan data yang tercantum dalam media.
Tahap ke – 3 : Mengambil dari arsip kartu rekening yang dipilih dalam tahap ke – 2 dan meletakkannya diatas meja (atau jika posting ke dalam rekening dilakukan dengan mesin pembukuan, dipasang pada mesin tersebut).
Tahap ke – 4 : Mencatat data yang tercantum dalam media ke dalam kartu rekening yang diambil dari arsip pada tahap ke – 3
Tahap ke – 5 : Mengembalikan kartu rekening ke tempatnya semula dalam arsip untuk memudahkan pencariannya kembali dan posting berikutnya.

Karena setiap kali posting Bagian Akuntansi harus melalui 5 tahap seperti tersebut di atas, maka umumnya media di –posting ke dalam rekening pembantu secara kelompok, (batch) dan kelompok media tersebut di –posting ke dalam rekening pembantu dalam satu kali periode posting.

1. Penanganan Media Tunggal
Posting media tunggal ke dalam rekening pembantu tidak menimbulkan masalah . Sebagai contoh media tunggal adalah faktur penjualan kredit yang merupakan dokumen sumber dalam pencatatan piutang ke dalam rekening pembantu piutang. Faktur penjualan kredit dibuat untuk setiap pembeli ,sehingga setiap faktur hanya berisi satu pendebitan ke dalam rekening pembantu piutang debitur yang namanya tercantum dalam faktur.Oleh karena itu faktur penjualan kredit merupakan contoh media tunggal yang berisi satu pendebitan kedalam rekening pembantu piutang debitur yang bersangkutan. Jika Bagian Akuntansi menerima satu batch faktur penjualan kredit dari bagian penagihan, oleh bagian akuntansi media tunggal tersebut disortasi menurut nama debitur. Berdasarkan faktur penjualan yang telah disortasi menurut nama debitur tersebut, bagian akuntansi kemudian mengambil kartu piutang yang bersangkutan, meletakkannya di atas meja (atau di mesin pembukuan). Data yang tercantum dalam media yang telah disortasi tersebut kemudian di – posting ke dalam rekening yang bersangkutan . Langkah terakhir adalah Bagian Akuntansi mengembalikan kartu piutang yang telah diisi data dari media ke dalam arsip menurut nama debitur . Gambar prosedur posting ke dalam rekening pembantu tampak pada Gambar 5.15





2. Penganan Media Campuran
Posting media campuran ke dalam rekening pembantu dilakukan dengan salah satu dari metode ini :
1. Random posting
2. Exhaust posting sekaligus
Random posting.Dalam metode posting ini . media campuran diposting kedalam rekening sesuai dengan urutannya pada saat diterima oleh petugas posting. Petugas posting mengambil media pertama dari tumpukan media yang diterima, mem-posting setiap debit atau setiap kredit ke dalam rekening yang bersangkutan, kemudian setelah selesai mengambil media urutan berikutnya dan mem-posting seperti yang dilakukan pada media pertama tersebut. Begitu seterusnya sampai semua media diposting ke dalam rekening yang bersangkutan. Karakteristik random posting adalah:
1. Setiap media hanya diambil sekali untuk di¬-posting ke dalam rekening
2. Rekening dapat diambil lebih dari satu kali selama periode posting

Minggu, 14 Juni 2009

Ppkn

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagaimana , kita semua ketahui bahwa Pendidikan Pancasila merupakan mata pelajaran yang telah ada pada kelas dasar, hingga sampai jenjang Perguruan Tinggi. Pelajaran Pendidikan Pancasila pada perguruan Tinggi ini pada dasarnya sama dengan pelajaran dari SMP,SMA pada umumnya, hanya di Perguruan Tingi ini lebih diperjelas lagi tentang Pancasila dan UUD 45 , kita tahu bahwa Pancasila dan UUD ’45 , bagian dari pondasi utama bedirinya Indonesia sebagai suatu negara . Salah satu hal penting yang dikerjakan oleh para pendiri Negara sebagai bagian dari persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah membentuk dasar negara dan UUD ’45. Tidak mungkin suatu Negara dapat berdiri dan bergerak maju Tanpa memiliki Dasar Negara dan UUD ‘ 45 , sebab , keduanya menjadi pedoman yang memberi arah tujuan yang hendak, diraih melalui pengolahan Negara jadi, Siapapun yang memegang kekuasaan Negara tidak boleh menyimpang, dari Amanat Rakyat, dasar Negara dan UUD 1945

1.2. Rumusan Masalah

Pada kesempatan ini, kami dari kelompok 5 (lima) akan membahas tentang pancasila dan UUD ’45 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu dalam makalah ini kami juga membahas :

- Makna Ideologi Pancasila

- Pancasila sebagai Sumber Nilai

- Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

- Tahap-tahap Amandemen UUD NKRI 1945

1.3. Tujuan

Tujuan di buatnya makalah ini , yang membahas tentang Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah tidak lebih sebagai tambahan belajar supaya dapat dimengerti, selain itu juga, mahasiswa diharapkan dapat menerangkan maksud dan tujuan dari pada yang tertuang dalam pancasila dan UUD 1945 tersebut agar mahasiswa juga tahu tahapan-tahapan Amademen yang terdapat dalam UUD 1945. Selain itu juga makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diberikan kepada setiap Mahasiswa.

BAB II

PEMBAHASAN

1. IDEOLOGI

1.1. Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari latin (idea, daya cipta sebagai hasil kesadaran manusia, & Legos, ilmu) istilah ini berasal dari filsuf Perancis Destutt de Tracy (1801).

Detracy memaknai ideologi sebagai ilmu tentang gagasan yang menunjukkan jalan benar menuju masa depan. Ideologi juga diartikan sebagai falsafah hidup / pandangan dunia.

Beberapa Pengertian Ideologi

a. Laboratorium IKIP Malang

Ideologi adalah seperangkat nilai, ide dan cita-cita beserta pedoman dan metode melaksanakan / mewujudkannya.

b. Kamus Ilmiah Populer

Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu sistem politik, paham kepercayaan dan seterusnya.

c. Moerdiono

Ideologi adalah kompleks pengetahuan dan nilai, yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seorang (masyarakat) untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengelolanya.

d. Encylopedia

Ideologi adalah ‘systemn of ideas,belief,and attitudes wich underlie the way of live in a particular group,class, or society “ (sistemn gagasan keyakinan dan sikap yang mendasari cara hidup suatu kelompok , kelas , atau masyarakat tertentu.

Dr. Alfian

Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu cara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai seni kehidupan.

1.2. Hakikat dan Peran Ideologi

Pada hakikatnya , Ideologi merupakan hasil (perenungan dan pemantulan kembali) manusia terhadap dunia kehidupannya.

Ideologi juga adalah satu pilihan yang jelas menuntut komitmen untuk mewujudkannya.

- Ideologi mempunyai peran sebagai berikut :

a. Sebagai jawaban atas kebutuhan akan citra / jati diri suatu kelompok sosial, komunitas, organisasi/bangsa.

b. Untuk menjembatani founding fathers dan para generasi penerus.

c. Menanamkan keyakinan atau kebenaran perjuangan kelompok yang berpegang ideologi tersebut.

d. Sebagai suatu kode/keyakinan para peneliti yang menguasai mempengaruhi seluruh kegiatan sosial.

1.3. Fungsi Ideologi

Menurut pandangan filsuf perancis Jacques Ellut dan Prof.Dr.Paul hicour, suatu Idelogi memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Struktur kognitif ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian dalam alam sekitarnya.

b. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia

c. Norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak.

d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukannya identitasnya

e. Kekuatan yang mampu menyemangati dna mendorong seorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan

f. Pendidikan bagi seorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta melakukan tingkah laku sesuai dengan orientasi

2. IDEOLOGI PANCASILA

2.1. Pancasila sebagai Ideologi Nasional

Rumusan yang diusulkan oleh soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPKI adalah

1. Kebangsaan

2. Internasionalisme

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk dalam sidang 18 agustus 1945 antara lain mengesahkan Undang-Undang 1945. UUD 1945 tersebut tercantum pancasila yang disajikan sebagai dasar negara. Susunan Lengkap Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan yang maha esa

2. Kemanusian yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2.2. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

2.2.1. Dimensi Ideologi Terbuka

Dalam pandangan Dr.Alfian , kekuatan suatu ideologi tergantung pada 3 dimensi yaitu :

1). Dimensi Realita

Bahwa nilai dasar yang terkandung dalam Ideologi itu secara riil berakal dan hidup dalam masyarakat atau bangsanya terutama karena nilai-nilai dasar tersebut dari budaya dan pengalaman sejarahnya.

2). Dimensi Idealisme

Bahwa nilai-nila dasar ideologi tersebut mengandung idealisme bukan lambungan angan-angan (utopia) yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui perwujudan atau pengalaman dalam praktek kehidupan bersama mereka sehari-hari dengan berbagai dimensinya.

3). Dimensinya Flesibilitas (Kelenturan)

Bahwa Ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran baru yang relevan tentang dirinya tanpa menghilagkan atau mengingkari hakikatnya (jati diri) yang terkandung dalam nilai dasarnya.

2.2.2. Gagasan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Gagasan pertama mengenai Pancasila sebagai Ideologi terbuka secara formal ditampilkan sekitar tahun 1985, walaupun semangatnya sendiri sesungguhnya dapat ditelusuri dari pembahasan para pendiri negara pada tahun 1945. Sebagai Ideologi terbuka, Pancasila senantiasa Mampu berinteraksi secara dinamis. Menurut Dr.Alfian, sebagai Ideologi terbuka, Pancasila senantiasa Mampu berinteraksi secara dinamis.Menurut Dr.Alfian, sebagai Ideologi terbuka Pancasila memenuhi ketiga dimensi dengan baik, terutama karena dinamika Internal yang terkandung di dalamnya.

2.2.3. Perwujudan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Fleksibilitas Ideologi pancasila mengandung nilai – nilai sebagai berikut :

1.) Nilai dasar

Merupakan nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang terdapat di dalam pembukuan UUD 1945.

2.) Nilai Instrumental

Merupakan nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ynag dijabarkan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan perundang-Undangan lainnya.

3.) Nilai Praxis

Merupakan nilai –nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa,maupun bernegara.

3. PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI

3.1. Pengertian Nilai

Nilai adalah suatu yang abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indra

Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai, yaitu :

  1. Nilai sebagai sesuatu yang ada pada objek itu sendiri (objektif)
  2. Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang lain (subjektif)

Beberapa Pengertian tentang nilai

  1. Kamus Ilmiah Populer

Nilai adalah ide tentang apa yang baik, benar, bijaksana dan apa yang berguna sifatnya lebih abstrak dari norma

  1. Laboratorium pancasila IKIP Malang

Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang indah yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya.

  1. Nursal luth dan Daniel femandez

Nilai adalah perasaan tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu

  1. C.Kluckon

Nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan

3.2. Ciri-ciri Nilai

Pada dasarnya nilai dapat dibedakan berdasarkan cirinya yaitu :

  1. Nilai yang mendarah daging

Yaitu yang telah menjadi kepribadian bahwa dasar yang mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir panjang lagi

  1. Nilai dominan

Merupakan nila yang dianggap lebih penting dari pada nilai lainnya

3.3. Macam-macam Nilai

Menurut koentjaraningrat menjelaskan bahwa”suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia”

Beberapa ahli mengidentifikasi Macam-macam nilai yaitu :

Alport, mengidentifikasi nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dalam 6 macam :

  1. nilai teori
  2. nilai ekonomi
  3. nilai estetika
  4. nilai sosial
  5. nilai politik dan
  6. nilai religi

Menurut Sprang, nilai dibedakan menjadi 6 yaitu :

  1. Nilai ilmu pengetahuan
  2. Nilai ekonomi
  3. Nilai agama
  4. Nilai seni
  5. Nilai sosial
  6. Nilai Politik

Horold Lasswell mengidentifikasi 8 nilai yaitu :

  1. Kekuasaan
  2. Pendidikan
  3. Kekayaan
  4. Kesehatan
  5. Keterampilan
  6. Kasih sayang
  7. Kejujuran
  8. Penghargaan

Menurut Prof.Dr.Notogoro nilai dibagi menjadi 3 yaitu :

  1. Nilai material : segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia
  2. Nilai Vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan /kreativitas
  3. Nilai kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

3.4. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

3.4.1. Pengertian Paradigma Pembangunan

Kata paradigma (Inggris : Paradigma) Mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, Paradigma diartikan seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan yang sebagian berubah-ubah. Paradigma juga dapat diartikan suatu gugusan sistem pemikiran. Menurut Thomas S.Kuhn, “Paradigma,adalah asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai ) yang merupakan sumber hukum, metode, serta cara penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat,ciri dan karakter Ilmu Pengetahuan tersebut.

Sedangkan kata pembangunan (Inggris Development) menunjukkan adanya pertumbuhan perluasan ekspansi yang bertalian dengan keadaannya yang harus digali dan yang harus dibangun agar dicapai kemajuan di masa yang akan datang. Dengan demikian kata pembangunan mengandung pemahaman akan adanya penalaran dna pandangan yang logis, dinamis dan optimis.

Jadi secara umum “Paradigma Pembangunan adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir sebagai upaya untuk melaksanakan perubahan yang direncanakan guna mewujudkan cita-cita kehidupan masyarakat menuju masa depan yang lebih baik.

3.4.2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan negara Indonesia adalah “ Melindungi darah Indonesia dan Memajukan kesejahteraan Umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan Kemerdekaan,Perdamaian abadi, dan keadilan sosial” Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakanlah pembangunan. Karena pembangunan diarahkan untuk mencapai tujuan negara maka “Dasar Negara”harus menjadi paradigma pembangunan.Arah pembangunan dan Pelaksanaan nya tidak boleh menyimpang dari dasar negara.

Berdasarkan konseptualisasi paradigma pembangunan tersebut diatas, maka unsur manusia dalam pembangunan sangat penting. Karena manusia adalah pelaku dan sekaligus tujuan dari pembangunan itu sendiri . oleh sebab itu jika pelaksanaan pembangunan di tangan orang sarat “KKN” (Korupsi,Kolusi,dan Nepotisme) dan tidak bertanggung jawab maka segala modal, pikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan dapat membahayakan sekaligus merugikan manusia,masyarakat,bangsa dan negara.

4. TAHAP-TAHAP AMANDEMEN

4.1. Amandemen UUD 1945

Amandemen adalah Prosedur penyempurnaan, tanpa harus langsung mengubah UUD dan merupakan pelengkap serta rincian dari UUD yang asli. Dalam Huku tatat Negara, Istilah amandemen merupakan salah satu hak legislatif untuk mengusulkan perubahan dalam suatu rancangan UU yang dimajukan oleh pemerintah.

Amandemen UUD 1945 sesungguhnya merupakan Suatu Kemutlakan Jika bangsa Indonesia menginginkan adanya reformasi di berbagai bidang untuk mewujudkan negara yang demokratis sekaligus makmur.Mengingat bahwa UUD 1945 disusun pada masa Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam situasi yang serba mendesak, maka beberapa pasal yang ada di dalamnya di pandang tidak lagi sesuai dengan situasi dan persoalan kenegaraan pada masa kini. Perlu dipahami bahwa kita tidak bisa dengan mudah melakukan perubahan sekehendak hati sendiri.Hasil Amademen UUD 1945 menyatakan bahwa perubahan pasal-pasal didalam UUD 1945 mensyaratkan adanya persetujuan dari sedikitnya 50 % di tambah satu dari seluruh anggota MPR.

4.2. Rintisan dan Landasan

Dari sejarah perjalanan bangsa kita banyak belajar tentang banya hal, yang seharusnya dapat mendorong kita untuk melakukan perubahan yang lebih baik di masa depan. Saat berada di kursi kekuasaan Presiden Indonesia Soekarno diangkat sebagai Presiden Indonesia selama se umur hidup oleh MPR sementara Soeharto berkuasa selama sekitar 32 tahun sebagai Presiden RI dianggkat pula oleh MPR.

Sebagai langkah awal menuju reformasi hukum,MPR pada sidang istimewa tahun 1998 telah mengeluarkan ketetapan MPR-RI. Nomor XIII /MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Dalam pasal 1 ketetapan MPR tersebut dinyatakan “Presiden dan wakil presiden Indonesia memegang jabatan Selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam Jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.

Selama Orde baru berkuasa, perubahan atau amandemen terhadap UUD 1945 dianggap tabu, meskipun diberi peluang dengan keluarnya Ketetapan MPR – RI Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum, namun tidak pernah dilaksanakan.Di era reformasi ini, perubahan terhadap UUD 1945 merupakan suatu kebutuhan guna memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis.

4.3. Tahap-Tahap Amandemen UUD 1945

a. Tahap Pertama

Perubahan pertama terhadap pasal-pasal UUD 1945 ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999 terhadap sembilan pasal. Pasal-pasal yang diubah ditunjukkan untuk mengurangi kewenangan presiden setelah diamandemen presiden berhak untuk mengajukan rancangan UU kepada DPR Namun sekarang ini justru Berbalik DPR yang memegang Kekuasaan membentuk Undang-Undang (pasal 20)

b. Tahap Kedua

Perubahan kedua terhadap UUD 1945 dilakukan pada sidang tahunan MPR, tanggal 18 agustus 2000. Ada sejumlah 26 (dua puluh enam) pasa yang diubah dan ditambah.

c. Tahap Ketiga

Perubahan ketiga UUD 1945 ditetapkan dalam sidang tahunan MPR pada tahun 10 November 2001 ada 23 (dua puluh tiga)

Pasal yang di ubah dan ditambah secara garis besar perubahan yang dilakukan mengenai hal-hal sebagai berikut :

· Kedaulatan Rakyat dilaksanakan menurut Undang-Undang

· Negara Indonesia adalah Negara hukum

· Pelaksanaan perjanjian Internasional

· Pemilu dilaksanakan 5 tahun sekali secara luber dan jurdil untuk memilih DPR,DPD,Presiden dan Wapres DPRD.Peserta Pemilu adalah Partai Politik.

· Wewenang MPR (Mengubah dan Menetapkan UUD, Melantik Presiden dan Wapres, memberhentikan presiden/wapres dalam masa jabatannya.

d. Tahap Keempat

Perubahan keempat UUD 1945 ditetapkan dalam sidang tahunan MPR. Pada tanggal 10 Agustus 2002 ada 13 (tiga belas) pasa yang diubah dan ditambah, serta 3 (tiga) aturan pasal peralihan dan 2 (dua). Pasal aturan tambahan.

Secara garis besar sebagai berikut :

· MPR terdiri dari DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilihan umum

· Presiden dan Wapres dipilih secara langsung oleh rakyat

· Penetapan mata uang dan pembentukan bank sentral

· Aturan peralihan (pasa III ) pembentukan Mahkamah Konstitusi

· Aturan Tambahan (Pasal 1) tentang tugas MPR untuk meninjau materi dan status hukum ketetapan MPRS dan MPR untuk diambil putusan pada sidang MPR 2003

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu sistem politik paham kepercayaan dan seterusnya, merupakan hasil refleksi (perenungan dan pemantulan kembali).

Manusia terhadap dunia dan kehidupannya dimana pancasila sebagai ideologi nasional, ideologi terbuka, sumber nilai, paradigma pembangunan, pandangan hidup bangsa indonesia dan turut mengatur , membatasi nilai untuk batas-batas politik di Indonesia terhadap masyarakat Indonesia yang bertujuan agar flexibelnya sistem politik itu sendiri

3.2. Saran

Setelah kita membaca makalah ini tentunya terdapat berbagaiu kekurangan, baik dalam pembahasan materi dan penganalisaan materi tersebut. Kami selaku penulis tentunya ingin membantu untuk membahas materi tersebut.Namun apabila dalam cara pembahasan dan penyampaian materi tersebut belum memberikan suatu kebenaran maka kami dari kelompok 5 meminta saran dari para pembaca, selanjutnya apabila dalam pembuatan/penulisan makalah ini banyak mengalami kekurangan / kurang berkenaan bagi pembaca, kami selaku penulis sikap menerima tegur ,saran dan kritik. Yang sifatnya mendidik guna peningkatan dan penyempurnaan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

- Budiyanto, Kewarganegaraan untuk SMA kelas XI erlangga , Jakarta 2004

- Moerdino,Dkk, Pancasila Sebagai Ideologi, Jakarta,BP-7 Pusat 1992

- Amandemen keempat UUD 1945 tahun 2004

- Kewarganegaraan untuk SMA XII, Viva Pakarindo kurikulum 2006

- H.Kaelan, M.S.Prof Dr.dan H.Achmad Zubaidi M.Si, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta, Paradigma 2007